Transisi Ke Kendaraan Listrik Dapat Mengakibatkan Hilangnya Jutaan Pekerjaan Di Sektor Otomotif

Rabu, 16 Oktober 2024

    Bagikan:
Penulis: Maya Kirana
(Medcom.id/Ekawan Raharja)

Pernyataan tegas disampaikan oleh Ketua Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda, yang mengekspresikan keprihatinannya mengenai dampak signifikan dari transisi global menuju kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Toyoda menegaskan bahwa perubahan besar ini dapat mengancam jutaan lapangan kerja di sektor otomotif, khususnya yang berkaitan dengan industri mesin dan para pemasok.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Toyoda menyatakan bahwa terdapat 5,5 juta orang yang bekerja di industri otomotif Jepang, dan banyak di antara mereka bergantung pada pekerjaan yang berhubungan langsung dengan teknologi mesin konvensional. Ia berpendapat bahwa jika kendaraan listrik menjadi satu-satunya pilihan untuk mobilitas di masa depan, hal ini akan berdampak langsung pada keberlangsungan pekerjaan mereka.

"Ada 5,5 juta orang yang terlibat dalam industri otomotif di Jepang. Di antara mereka adalah individu yang telah lama berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan dengan mesin," kata Toyoda. Ia juga menekankan bahwa transisi penuh ke kendaraan listrik memberikan 'sinyal bahaya' bagi para pekerja di sektor otomotif. "Jika kendaraan listrik menjadi satu-satunya pilihan, termasuk bagi para pemasok kami, maka pekerjaan mereka akan terancam hilang," tambahnya.

Toyota mengambil langkah hati-hati dalam merumuskan kebijakan terkait elektrifikasi kendaraan sebagai respons terhadap kekhawatiran yang ada. Saat ini, strategi multi-jalur yang diterapkan oleh perusahaan terbukti efektif, terutama di tengah fluktuasi permintaan pasar untuk kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV), yang mengalami penurunan permintaan.

Di sisi lain, pabrikan asal Jepang ini mencatatkan peningkatan penjualan segmen Hybrid Electric Vehicle (HEV) secara global. Pada bulan Agustus lalu, penjualan HEV mencapai 336.848 unit, meningkat 22,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penjualan mobil Plug-In Hybrid (PHEV) juga menunjukkan tren positif, dengan total 13.546 unit terjual, meningkat 12,1 persen.

Meskipun pasar BEV Toyota juga menunjukkan pertumbuhan dengan penjualan mencapai 12.682 unit (naik 6,8 persen), angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan segmen hybrid. Sementara itu, kendaraan Mild-Hybrid (MHEV) berhasil terjual sebanyak 8.507 unit, meningkat signifikan sebesar 257 persen, sedangkan teknologi sel bahan bakar hidrogen (FCEV) hanya terjual 144 unit, mengalami penurunan sebesar 57 persen.

Sebagai pesaing Volkswagen, Toyota sejak awal telah mengadopsi pendekatan yang tidak terfokus pada satu jenis teknologi. Selain BEV dan HEV, perusahaan ini juga mengembangkan berbagai pilihan teknologi seperti Plug-In Hybrid (PHEV), Fuel-Cell (FCEV), serta terus memproduksi Internal Combustion Engine (ICE).

Pendekatan ini memberikan fleksibilitas bagi pabrikan dalam menghadapi perubahan permintaan pasar, sekaligus menjaga stabilitas lapangan pekerjaan di industri otomotif.

(Maya Kirana)

Baca Juga: Wuling Perkenalkan Darion Di Surabaya, Awal Ekspansi MPV Hijau Di Indonesia
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.