Dalam pengumuman terbaru minggu ini, Subaru mengungkapkan bahwa mereka sedang meninjau kembali strategi elektrifikasi di tengah ketidakpastian yang melanda industri otomotif global. Saat ini, situs resmi Subaru di Amerika Serikat hanya menampilkan satu model kendaraan listrik, yaitu Solterra, yang baru saja mendapatkan pembaruan pada tampilan dan fitur. Selain itu, terdapat model Trailseeker, sebuah SUV sekelas Outback, yang diperkenalkan di New York Auto Show bulan lalu dan direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2026. Namun, menurut laporan dari Carscoop pada hari Senin, kemungkinan besar Subaru tidak akan menambah model kendaraan listrik dalam waktu dekat. Perlambatan pasar kendaraan listrik bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan oleh Subaru. Ketidakpastian mengenai kebijakan pemerintah AS terkait tarif impor dan insentif pajak untuk kendaraan listrik membuat semua produsen otomotif, termasuk Subaru, kesulitan dalam merencanakan jangka panjang. Tidak ada kepastian apakah insentif tersebut akan diperpanjang atau dihapus, serta bagaimana struktur tarif akan berubah dalam enam hingga dua belas bulan ke depan. Subaru memperkirakan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump dapat menyebabkan kerugian hingga 2,5 miliar dolar AS pada tahun ini. Meskipun memiliki pabrik di Indiana, Subaru hanya mampu memproduksi sekitar setengah dari lebih dari 700.000 unit mobil yang dijual setiap tahunnya di AS, sementara sisanya harus diimpor. Pabrik di Indiana sebenarnya dapat beroperasi hingga kapasitas 500.000 unit per tahun, namun rantai pasoknya hanya mendukung maksimal 370.000 unit tanpa adanya peningkatan yang signifikan. Dengan keterbatasan ini, model Trailseeker kemungkinan besar akan diproduksi di Jepang, di fasilitas yang terletak dekat Tokyo. Sementara itu, rencana sebelumnya untuk membangun pabrik khusus kendaraan listrik kini juga sedang ditinjau kembali, dan Subaru mempertimbangkan untuk menambah produksi kendaraan berbahan bakar konvensional di fasilitas baru tersebut.
Pernyataan ini disampaikan ketika Subaru mengumumkan laporan keuangan untuk akhir tahun fiskal. Dalam laporan tersebut, laba operasional mengalami penurunan sebesar 13 persen menjadi 2,7 miliar dolar AS, disertai dengan penurunan penjualan global sebesar 4,1 persen menjadi 936.000 unit. Di wilayah Amerika Utara, pengiriman turun 4,1 persen menjadi 732.000 unit, sementara pasar Jepang justru menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,4 persen dengan total 104.000 unit.