Bangkok - Kesuksesan di SEA Games 2025 tidak hanya datang dari kekuatan fisik, tetapi juga dari pemahaman strategis terhadap struktur kompetisi. Cabang taekwondo yang dipertandingkan dari 10 hingga 13 Desember ini memiliki alur pertandingan yang padat dan terstruktur dengan ketat. Bertempat di Island Hall, Bangkok, atlet Indonesia harus menguasai ritme turnamen ini untuk dapat bertahan hingga babak akhir. Mari kita uraikan kerangka kompetisi yang akan mereka jalani.
Kompetisi taekwondo dibagi menjadi dua disiplin besar: Poomsae dan Kyorugi. Poomsae, yang dipertandingkan hanya pada hari pertama (Rabu, 10 Desember), adalah nomor seni yang menilai kualitas teknik, keseimbangan, dan kekuatan dalam menampilkan rangkaian jurus yang baku (Recognized) atau kreatif (Freestyle). Pertandingan dimulai pukul 09.00 WIB dengan babak penyisihan untuk berbagai kategori (perorangan, beregu, campuran) dan langsung berlanjut ke babak final pada pukul 14.00 WIB di hari yang sama. Ini berarti atlet Poomsae harus langsung berada dalam kondisi puncak sejak pagi.
Sementara itu, Kyorugi (pertarungan) mendominasi tiga hari berikutnya (11-13 Desember). Format yang digunakan adalah sistem gugur langsung. Setiap kelas berat akan menjalani seluruh babak penyisihan hingga final dalam satu hari. Sebagai contoh, pada Kamis 11 Desember, atlet kelas -54 kg putra akan menjalani babak 16 besar, perempat final, dan semifinal secara beruntun mulai pukul 10.00 WIB. Pemenang di semifinal akan maju ke pertarungan perebutan medali emas yang digelar pada sesi sore hari, mulai pukul 14.00 WIB.
Jadwal yang demikian padat menciptakan tuntutan fisik dan mental yang unik. Seorang atlet Kyorugi harus memiliki stamina yang luar biasa untuk bisa bertarung dengan intensitas tinggi hingga tiga kali dalam satu hari sebelum final. Manajemen energi dan pemulihan antar laga menjadi faktor penentu yang sering kali diurus oleh pelatih dan tim medis di pinggir arena.
Struktur ini juga mengharuskan strategi yang berbeda di setiap babak. Di babak awal, atlet mungkin dapat mengatur tempo atau menyimpan tenaga. Namun, di babak semifinal dan final, yang dihadapi adalah lawan-lawan terkuat, sehingga tidak ada lagi ruang untuk bermain aman. Analisis video lawan dan penyusunan taktik spesifik untuk setiap rintangan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum pertandingan dimulai.
Bagi tim Indonesia, memahami struktur ini berarti dapat mempersiapkan atlet dengan lebih terarah. Latihan-latihan khusus seperti simulasi turnamen dengan beberapa pertandingan berturut-turut perlu dilakukan. Selain itu, pengaturan kondisi puncak agar jatuh tepat pada tanggal 10-13 Desember adalah ilmu tersendiri yang dikuasai oleh pelatih dan ahli fisiologi.
Pengetahuan mendalam tentang jadwal dan format bukan hanya milik ofisial, tetapi juga penting bagi para atlet. Dengan mengetahui kapan mereka harus bertanding dan bagaimana alurnya, atlet dapat mempersiapkan mental secara lebih baik, mengurangi kejutan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Mereka akan masuk ke arena dengan pikiran yang jernih dan fokus hanya pada pertarungan di depan mereka.
Oleh karena itu, pendekatan terhadap SEA Games 2025 haruslah holistik. Persiapan teknik, taktik, fisik, dan mental harus berjalan beriringan dengan pemahaman terhadap seluk-beluk kompetisi. Dengan penguasaan penuh terhadap struktur pertandingan, atlet Indonesia diharapkan dapat mengarungi setiap babak dengan lancar dan akhirnya berdiri di podium tertinggi.