ANTARA/HO-Kemenperin

Industri Petrokimia Sebagai Kesempatan Ekonomi Yang Menarik

Selasa, 27 Mei 2025

Industri petrokimia memiliki potensi yang cerah untuk perekonomian Indonesia.

Sektor ini dikenal sebagai ibu dari industri (mother of industry) karena produk yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk sektor lainnya. Contohnya, olefin yang digunakan dalam produksi plastik, agrochemical untuk memperkuat sektor pertanian, serta aromatik yang dapat digunakan untuk memproduksi plastik, nilon, detergen, dan bahan baku kosmetik.

Selanjutnya, bitumen yang digunakan untuk memproduksi aspal yang kemudian dimanfaatkan untuk melapisi tanggul, jalan, dan sebagai campuran briket, serta petroleum coke yang digunakan dalam proses peleburan timah dan aluminium.

Salah satu faktor kunci dalam penguatan industri petrokimia nasional adalah ketersediaan nafta, yaitu fraksi minyak bumi yang menjadi bahan utama dalam menghasilkan produk dasar seperti ethylene, propylene, dan butadiene melalui proses pemurnian.

Saat ini, sebagian besar kebutuhan nafta di Indonesia masih dipenuhi melalui impor. Namun, Pemerintah telah menunjukkan keinginan untuk mendorong produksi nafta domestik, mengingat pentingnya produk tersebut.

Melalui pembangunan dan revitalisasi kilang minyak nasional, termasuk proyek-proyek strategis yang dilaksanakan oleh PT Pertamina (Persero). Kilang-kilang yang ada sedang dirancang untuk dapat memproduksi nafta dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri dalam negeri.

Selama beberapa dekade, industri petrokimia telah menjadi tulang punggung bagi banyak sektor, mulai dari plastik, tekstil, hingga farmasi. Saat ini, permintaan terhadap produk berbasis kimia mengalami peningkatan yang signifikan secara global.

Pasar petrokimia mengalami pertumbuhan yang pesat, didorong oleh kebutuhan akan produk konsumsi yang berkaitan erat dengan industri tersebut.

Laporan dari International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa produk petrokimia akan menyumbang lebih dari 30 persen pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2030. Hal ini terjadi meskipun kendaraan listrik dan energi terbarukan mulai mengurangi permintaan terhadap bahan bakar fosil.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.